Melampaui enam tahun, enam kali pertemuan, Pertemuan
Penyair Nusantara (PPN) memasuki suatu tahap yang mengisyaratkan pada kita
untuk melakukan refleksi guna melihat kembali apakah perjalanan PPN telah berhasil
mencapai tujuan yang telah disepakati sejak awal dan memberikan manfaat yang
maksimal bagi perpuisian Nusantara.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita perlu
sejenak melihat sejarah kelahiran PPN dan tujuan yang diamanatkan kepadanya.
PPN lahir dari Pesta Penyair Indonesia I,
The 1st International Poets Gathering,
yang diadakan di Medan oleh Laboratorium Sastra Medan, yang diketuai oleh
Afrion, pada tahun 2007.
Event tahunan milik
penyair dari negara-negara Melayu serumpun ini pun bergulir. PPN II, The 2nd International Poets Gathering, diadakan
di Kediri, tahun 2008. Kediri menjadi tuan rumah, karena negara lain belum siap
menjadi tuan rumah. Seperti kesepakatan dalam gathering, jika negara lain belum siap menjadi tuan rumah, maka PPN
harus diadakan di salah satu provinsi di Indonesia.
Sesuai kesepakatan dalam gathering di PPN II Kediri, maka PPN III diadakan di Kuala Lumpur,
Malaysia, pada 2009, dengan ketua pelaksana S.M. Zakir. PPN III berjalan mulus
dan lancar dengan peningkatan produk berupa dua buku, yakni buku antologi puisi
karya para peserta dan buku kumpulan puisi penyair muda Indonesia-Malaysia. Beberapa
kesepakan dan rekomendasi strategis, yang dihasilkan PPN III, antara lain,
- Memutuskan Brunei Darussalam menjadi tuan rumah PPN IV;
- Memutuskan Kepanjangan PPN diganti dari Pesta Penyair Nusantara menjadi Pertemuan Penyair Nusantara;
- Memutuskan bahwa ragam (bentuk) kegiatan PPN, setidaknya meliputi, (1) Penerbitan buku kumpulan puisi para peserta, (2) seminar internasional perpuisian Nusantara, (3) penerbitan buku kumpulan makalah pemateri, (4) panggung ekspresi dan apresiasi (baca puisi), dan (5) gathering untuk menyepakati tuan rumah PPN berikutnya serta ragam kegiatannya.
- Dan, antara lain, merekomendasikan agar, (1) mengembangkan bahasa Melayu-Indonesia sebagai bahasa puisi perpusian Nusantara, (2) mendorong upaya penggalian akar perpuisian Nusantara sebagai sumber rujukan bagi proses penciptaan puisi-puisi para penyair Nusantara, (3) meningkatkan jaringan kerja sama antar-penyair dan antar lembaga serta media sastra di Nusantara dalam penerbitan buku dan publikasi karya.
Pada tahun 2010, PPN IV berlangsung di Bandar
Seribegawan, Brunei Darussalam, dengan ketua pelaksana Zefri Ariff. Pelaksanaan
PPN IV cukup sukses. Sayangnya, buku kumpulan karya peserta terlambat dicetak, sehingga para peserta pulang dengan
tanpa membawa buku antologi puisi karya mereka. Hasil PPN IV ini, antara lain:
- Memutuskan Palembang, Sumatera Selatan, sebagai tuan rumah PPN V 2011, dan Singapura sebagai tuan rumah PPN VI 2012, dan Thailand sebagai tuan ruah setelah Singapura.
- Merekomendasikan perlunya peningkatan kembali kualitas pelaksanaan PPN, dengan ragam kegiatan minimal meliputi lima bentuk kegiatan seperti disepakati dalam PPN III Kuala Lumpur.
- Menegaskan kembali komitmen: (1) untuk ikut mengembangkan bahasa Melayu-Indonesia sebagai bahasa sastra Nusantara, (2) terus ikut berupaya untuk mendorong penggalian dan reaktualisasi akar sastra Nusantara sebagai sumber rujukan bagi tradisi penciptaan puisi Nusantara, serta (3) meningkatkan jaringan kerja sama antar-penyair dan antar lembaga serta media sastra di Nusantara dalam penerbitan buku dan publikasi karya.
Pada tahun 2011, sesuai keputusan PPN Brunei, PPN V
diadakan di Palembang, Sumatera Selatan. PPN V ini berjalan sukses dengan
berbagai peningkatan kualitas
penyelenggaraan, ragam acara, sistem kuratorial,
dan produk, serta jumlah peserta. Buku antologi puisi karya peserta, Akulah Musi, dicetak tepat waktu dan
menjadi oleh-oleh berharga semua peserta. Ragam acara juga ditambah dengan
kunjungan penyair ke sejumlah sekolah di Palembang untuk berdialog dengan para
guru dan siswa. Hasil penting PPN V ini, antara lain,
- Memutuskan Jambi sebagai tuan rumah PPN VI 2012, dan Singapura sebagai tuan rumah PPN VII 2013, atas permintaan delegasi Jambi. Singapura, yang dalam PPN IV Brunei disepakati menjadi tuan rumah PPN V, mempersilakan Jambi menjadi tuan rumah lebih dulu. Selepas Singapura, delegasi Thailand akan menjajagi kemungkinan untuk melaksanakan PPN di negeri gajah itu.
- Merekomendasikan perlunya menjaga kualitas pelaksanaan PPN, dengan ragam kegiatan minimal meliputi lima bentuk kegiatan seperti disepakati dalam PPN sebelumnya.
- Mengingatkan dan menegaskan kembali komitmen: (1) untuk ikut mengembangkan bahasa Melayu-Indonesia sebagai bahasa sastra Nusantara, (2) terus ikut berupaya untuk mendorong penggalian dan reaktualisasi akar sastra Nusantara sebagai sumber rujukan bagi tradisi penciptaan puisi Nusantara, serta (3) meningkatkan jaringan kerja sama antar-penyair dan antar lembaga serta media sastra di Nusantara dalam penerbitan buku dan publikasi karya.
Pada Desember 2012, sesuai keputusan PPN V
Palembang, PPN VI dilaksanakan di Jambi. PPN VI
berjalan sukses
dan Panitia Pelaksana berhasil menjaga kualitas penyelenggaraan. Pada beberapa
sisi juga terlihat adanya beberapa peningkatan yang cukup signifikan, yakni (1)dibentuknya kurator makalah,salain kurator puisi (2) sistem
kurasi tidak hanya dilakukan pada puisi peserta tapi juga makalah nara sumber,
(2) selain pemakalah utama yang diundang, Panitia juga membuka peluang bagi
“pemakalah pendamping” yang dipilih oleh Tim Kurator dari abstrak yang dikirim
oleh para “pelamar”, (3) selain menerbitkan buku antologi puisi karya para
peserta, Panitia juga membukukan makalah para nara sumber, (4) memberi tempat bagi wacana perpuisian lokal untuk dibentangkan pada sesi
serminar internasional, yakni Jambi, Sunda, Jawa, dan Bugis.
Keputusan terpenting PPN VI adalah menetapkan
Singapura sebagai “tuan rumah” PPN VII 2013. Sedangkan rekomendasi pentingnya
adalah sbb (ada pada file terpisah).
Evaluasi
dan Proyeksi
Sejak PPN II Kediri hingga PPN VI Jambi, bentuk dan
ragam kegiatan PPN nyaris tidak berubah, meliputi lima bentuk kegiatan tersebut
di atas, yakni:
(1) Penerbitan buku kumpulan puisi para peserta, (2) seminar
internasional perpuisian Nusantara, (3) penerbitan buku kumpulan makalah
pemateri, (4) panggung ekspresi dan apresiasi (baca puisi), dan (5) gathering untuk menyepakati tuan rumah
PPN berikutnya serta ragam kegiatannya.
Ada beberapa masukan bahwa dengan pola kegiatan
seperti itu, para penyair hanya sekadar sebagai asesoris sedangkan yang
terkesan paling menonjol adalah seminar internasional yang menampilkan para
akademisi. Karena itu, perlu ada semacam pembaharuan ragam dan bentuk
acara/kegiatan PPN yang memberi ruang lebih luas untuk para penyair, karya dan
proses kreatifnya.
Beberapa rekomendasi PPN sebelumnya, seperti
peningkatan jaringan dan kerja sama antar penyair dan lebagasastra juga kurang
maksimal. Usulan untuk membuat laman
khusus PPN juga belum terwujud. Begitu juga gagasan untuk memberikan
penghargaan khusus bagi penyair atau buku terpilih dari kalangan peserta juga
belum sempat dilaksanakan.
Itu semua kiranya menjadi masukan berharga untuk
kita pertimbangkan kembali untuk
peningkatan kualitas dan kebermanfaatan PPN bagi pertumbuhan perpuisian
Nusantara.
Jambi,
30 Desember 2012
Kurator
PPN VI Jambi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar